Sebelum saya memulai tulisan ini, izinkan saya berterimakasih kepada insan yang dengan sengaja menyuruh saya menangis. Patah hati di kota ibu pertiwi "4 tahunya lama ya" kata dia sembari menggigiti kuku yang sengaja mencuil. "Apa ini terencana?" Gumamnya tak yakin aku telah merencanakan sesuatu. "Yang pasti, aku hanya ingin bersamamu selamanya" jawabku sambil menghentikan gigitan kukunya. Aku raih tangan pucatnya, aku sisir rambutnya dengan jemari hitamku. "Jangan pegang rambutku", kata dia kesal. "Rambutku masih basah, dan kamu jauh" "Sejauh mana kamu dengan langit?" "Lebih jauh kamu" Jakarta, bukan kota penuh dusta. Disini banyak orang jawa, sopan dan santun dari jombang sampai yang madiun. Aku mencoba menyibukan diri. Daripada ditelan bosan dan putus asa, busway adalah jalan tunggu lobby sesaat menuju kebebasan. Bebas bagian mana? Wong tracknya sudah ditentukan, kamu tuh lu...
Why Truth + Dare instead of Truth or Dare? Cause when there’s a truth, it means you dare to take it no matter what. you don't get to choose Gw cowok, tapi soal overthinking gw jagonya. Mungkin aja dari luar gw keliatan kayak gak peduli sama apa yang terjadi, tapi di dalem gw mikirin apapun kemungkinan yang bakal bisa terjadi. So, Semenjak gw di jakarta banyak banget yang tiba – tiba gw pikirin. Sebelum berangkat gw mikirin keluarga gw, temen, dan cewek gw terutama. Apa yang bakal terjadi selama gw gakada. Apa yang bakal gw lewatin selama gw gak di Surabaya. Karena gw yakin selama di Jakarta perjalanan gw bakal lancar, semua yg gw hadapi gak jauh beda daripada apa yang gw hadapi di surabaya. Gw berpikir kalo gw akan menyikapi kondisi ini dengan aspek yang sama, hanya tempat saja yang berbeda. Nyatanya busuk kaya pupup kucing abis makan wiskas rasa sarden 1 pabrik. Bayanginya aja eneg kan lo, apalagi gw. Well. Kondisi beda, dan gw berada di tempat yang juauh lebih beda. K...
yang gugur sebelum bersemi. Untuk kita, Untuk hari jadi ke 500 kita Yang kita mulai dengan melangkah bersama Dengan detak hampir seirama Untuk kita, Yang lelah dengan hawa membakar kepala Yang berakhir suka bercanda bersama Hinga jarak diantara kita terasa makin fana Maafkan aku, Meninggalkanmu pada kamar yang menjadi saksi Siapa nama yang kita tangisi Pada bingkai mana yang kita peluk berulang kali* Maafkan aku karena ragu, Untuk singgah pada sungguh Milikmu yang tak pernah datang tepat waktu. Note : "Terimakasih sudah diajak kolebs, Kepada sepupu dengan nama Ramy Arvelyanto Sudah dengerin lany, jangan jadi sedboi Ohya, Tanda * adalah cc untuk : Elegi
Komentar
Posting Komentar