Renungan siang hari

Mentari sangat bersemangat menyinari hari ini. Siang ini panas sekali, aspal hitam dijalan mengeluarkan uap panas, menambah panjang kesialanku hari ini.
“ Uh…panas sekali, mau kiamatkah hari ini?” gumanku sembari mengambil sehelai sapu tangan di kantong celanaku lalu ku usap keringat yang membasahi sekujur tubuhku. Aku melewati hari ini serasa melewati satu tahun, sangat membosankan. Lalu aku mampir ke tukang rokok.
“ bang rokok sebatang!” pintaku. Diberikannya aku rokok, ku bakar lalu kuhisap dalam-dalam.
“ ssssssssshuuuuuh, jalan kesurga lewat mana ya bang?” Aku bertanya pada tukang rokok sembari menyemburkan asap rokok ke wajahnya.
“ gila apa kau?, orang ingin umur panjang kau ingin ke surga, kalau kau sampai ke neraka pertanggung jawaban apa yang kau katakan pada tuhan nanti?. Tukang rokok berbicara sembari menatapku tajam.
” tidak apa-apa, hari ini saya di pukul telak oleh masalah yang datang bertubi-tubi!! Sambutku.
Tukang rokok mencoba menasihati “ sabarlah, kau belum seberapa denganku dalam mengarungi hidup ini, rajin-rajinlah kau berdoa!”.
Tak lama kemudian kendaraan bewarna orange disertai dengan suara yang berisik ibarat monster yang sedang mengerang lewat, ya…itu metromini. Aku lekas memberentikannya lalu duduk di bangku yang keras sekali seperti batu.
Aku berfikir dalam perjalanan “ Negara ini hanya mau enaknya, kendaraan besi tua seperti ini, masih bisa layak jalan di kota metropolitan yang modern yang segalanya serba otomatis dan nyaman”
Berlanjut perjalananku sampai-sampai aku terlelap karena kantuk sebab penat sekali kepalaku dan karena aku telah terbiasa menaiki kendaraan seperti ini.
Tiba-tiba suara kasar membangunkanku “ Ade….de, bangun sudah sampai!”. Aku panik ternyata kernet metro yang membangunkanku, setiap hari aku naik mobilnya untuk menuju ke kampus, dia berani membangunkanku karena dia telah mengenal wajahku.
Bergegaslah aku turun. Rumahku tidak jauh dari jalan raya berada di pinggiran kota dan pingiran rel, rumah-rumah kumuh yang terbuat dari seng-seng bekas yang sudah karat, berjejer, bersesak-sesakkan. Menjadi pemandangan memilukan, terkadang aku disuguhkan dengan pemandangan seorang lelaki tua yang teronggok bak tulang belulang hidup dipojokan tumpukan seng. “Cuihhhhhh!!!! DPR renovasi toilet menghabiskan 2 milyar” gumanku dalam hati.
“ Kasihan mereka harus bersaing dengan pejabat-pejabat korup serta orang-orang yang rakus kekuasaan yang tidak punya perasaan pada kaum papa “ kata yang terlontar setiap aku melintasinya.
Sampai juga aku dirumah setelah melewati perjalanan yang membosankan juga pemandangan yang menyayat. Aku raih gagang pintu ibu menyambut dengan senyumnya yang hangat.
“ Pucat sekali mukamu, seperti orang yang mau mati!” ibu berkata.
Aku sudah terbiasa dengan gaya bicara ibu yang kasar, tapi entah kenapa wajahnya yang hangat membuatku tak bisa marah. Aku memakluminya mungkin beliau pusing dengan biaya hidup yang membumbung tinggi. “Tak usahlah kau ambil pusing” ibu berkata padaku. Langsung aku menuju kamar, ganti baju dan berlalu ke kamar mandi. Kubenamkan kepalaku kedalam bak mandi berharap agar pikiran bisa segar, bernyanyilah mulut ini untuk menghilangkan sesak yang menusuk tajam paru-paru.
Masalah mandi sudah selesai, aku makan dimeja makan. Hidupku membosankan hanya makan, mandi, kuliah, tidur, bermimpi. Selesai makan aku kembali kamar, sebuah kamar yang sempit yang dipenuhi buku-buku, dimeja, dilemari, diatas kasur, dimana-mana! kekamar aku hanya sekedar membuka buku catatan kuliah, aljabar, matematika,logika, fisika dasar.
“Huhhhh, tambah mampus aku hari ini kalau kubuka buka yang tidak sesuai dengan jiwaku!!” keluhku. Kutenggelamkan tubuhku dikasur.
Ketika kemudian terdengar suara pintu kamar terbuka, aku terbangun ibu mengahampiri mengusap kepalaku
“ ayahmu telah enam bulan tidak memberikan uang makan!”
“ kau rindu dengan ayahmu?”
“tidak, buat apa aku merindukan seorang yang telah pergi meninggalkan keluarga? Jawabku.
Tiba-tiba wajahku menjadi berubah, mataku menjadi merah bibirku bergetar seperti mengucapkan sesuatu yang tak jelas. Tapi penuh dengan kekesalan.
Kuraih tangan ibu, kukecup “ibu masih punya perhiasan sisa perkawinan, jual bu!!! Untuk hidup kita sebulan ini, susah aku mendapatkan pekerjaan karena aku tidak mempunyai ijazah?”
“semuanya sudah terjual untuk makan, untuk bayar kuliahmu dan buku-bukumu !”
“aku ada uang sedikit, upah dari cuci mobil, ambil bu, untuk beli obat badan ibu panas sekali”.
Aku termangu, aku raih buku-bukuku lalu aku banting…….
Aku sudah bukan anak lagi, bukan juga remaja, aku adalah lelaki yang kelak akan sendiri. Pikiran bersalah karena merepotkan ibu semakin berkecamuk dalam otak. Tak ada lagi tempat untuk bisa kucurahkan luka-luka ini……aku butuh cinta……cinta tanpa kata materi didalamnya. Ya …..aku jadi ingat dengan seorang wanita yang kusuka. Cintanya yang menerimaku apa adanya, cintanya cinta jalan yang tegar menghadang keadaan.
‘sudahlah istirahat, nak?” ibu berkata sembari berlalu meninggalkan kamarku.
Sudah tak mungkin aku bermimpi malam ini. Lalu aku langkahkan kaki menuju taman, aku selalu menyebutnya taman walau keadaannya tidak serupa tapi Aku nyaman. Tak cukup besar tetapi sangat asri ada pohon beringin, bunga mawar dan bunga terompet dan ada sebuah kolam kecil diplester semen seadanya serta pancuran diatasnya, walaupun itu sebenarnya bisa dikatakan hanya sebuah comberan Ada sesuatu yang membuat aku betah disana yaitu suara jangkrik, sengaja aku beli kemudian aku lepas disekitar taman dan bangku kayu sebagai teman lamunananku.
Ku duduk dibangku kayu sembari memandang bulan ” ah….ingin kugapai bulan itu lalu kumakan sampai habis hingga tak menyisakan cahaya, biar bintang yang menyinari malam ini sebab bulan hanya parasit yang selalu menggantungkan dirinya pada matahari”.
Tanpa sadar lamunanku hinggap pada seorang wanita yang aku cintai, lamunanku semakin liar. Entahlah setelah aku mengenal cinta aku merasa tiap malam sepi tanpa hadirnya, sepi pun berbisik cinta….cinta…cinta….
Tiba-tiba aku melihat sesok tubuh wanita di balik pagar, ia tersenyum.
” hahhh….itu wanita yang ada dalam lamunanku!!!” sosoknya membuat aku terkejut.
” ya Tuhan….jiwaku bergetar melihat senyumannya, matanya yang bulat, kulitnya yang langsat menciptakan gelombang hangat merasuki tubuhku!!.
Kudekati sosok itu sembari menyebrangi rel. Gelombang hangat semakin terasa….aku raih tangannya. Kan tetapi ia tak mau, entah aku seperti merengkuh cahaya Aku terus mencoba menariknya. Terdengar pekikan ” hei minggir ada kereta”. Tidak aku gubris, tiba tiba aku terhempas terpendar menjadi bulir bulir cahaya….Akhirnya aku bisa memeluk wanita itu, kekasihku yang tewas tertabrak kereta ketika ia menyebrang rel.
”Nak!!! Bangun Nak….jangan tinggal kan Ibu sendiri, anakku kamu durhakai ibundamu ini kota tak ubah neraka, bising bagai pasir” terlintas suara itu, aku menoleh kebelakang tubuh ku hancur lembur dipelukan Ibu…….

HANYA ADA DUA MANUSIA YANG AKU CINTAI DALAM HIDUP INI IBU DAN KEKASIHKU MEREKALAH YANG MEMBERIKAN KEHANGATAN CINTA ABADI THANKS’ MOM KELAK KITA AKAN BERTEMU DALAM KEABADIAN BUKAN DIKOTA YANG BISING BAGAI PASIR……….

14.01.2012
Segara wisesa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lost in miles

__don't replay it please : gak ikut catering, ikut makan (di keroyok)__

____Akamichi potter and the half bolod prince_____