Puisi Petang
Aku tak pernah takut kau tinggalkan, aku hanya takut kau kehilangan kebahagian
Ketika embun memburu pilu, aku tak pernah terbangun dari mimpiku, luka seolah membius dari balik selimutku
Cinta selepas senja, dibalik gelapnya cahaya. Memeluk bayangmu yang tak nyata, namun aku tetap terlena
Ini mana yang benar? Kita yang harus meyakinkan cinta atau cinta yang harus meyakinkan kita?
Seperti Hutan yang bermimpi pohonnya hidup kembali, seperti itu pula aku berharap kau mau lagi berada di sisi
Doaku; semoga langkah yang kau pilih, tak akan membuatmu menyesal nanti. Selalu ada kebahagiaan kala bersamanya
Entah lelucon atau hanya anganku, ketika bayangmu dapat ku peluk dengan sendu. Inilah angan yang selalu ku rindu
Matahari kian ganas, teriknya kian panas. Ketika aku berangan yang pantas, ingin memilikimu dengan berjuang keras
Ada yang tertinggal, setelah kepergian tanpa lambaian. Kenangan namanya
Sekali kali berteduhlah di puisiku; agar kau tau hujan tak selamanya milik kesedihanmu.
Semoga ada tetes hujan yang turun menerpamu, kala isak tangis menyelimutimu. Sebab tangis tak begitu indah untuk hapus senyum indahmu
Sementara luka adalah aksara, biarkan angin hempaskannya. Aku dengan mimpi, mencoba kembali merajut asa
Ini senja ke sekian; dari kepulan kenang memahat bayangmu di mata lembayungnya.
Selalu ada tempat yang lebih indah selain taman tua itu, ialah bahumu. Dan itu kata terakhir darimu
Aku sunyi, doa doa yang ku baca adalah cara menikmati, ditiap rinduku padamu yang kini pergi
Semoga cinta kita ada tak seperti datangnya senja, yang tiba hanya sementara saja.
Ajari aku cinta, jika rasa suka yang sama milik kita kau anggap biasa
Senja tersenyum manja, melihatmu tertawa. Terlebih aku yang tak bersama, hanya mampu memelukmu dengan doa
Jika menyentuhmu adalah dosa, ijinkan aku memelukmu dalam do'a
Komentar
Posting Komentar