Lost in miles

Sebelum saya memulai tulisan ini, izinkan saya berterimakasih kepada insan yang dengan sengaja menyuruh saya menangis.

Patah hati di kota ibu pertiwi



"4 tahunya lama ya" kata dia sembari menggigiti kuku yang sengaja mencuil. "Apa ini terencana?" Gumamnya tak yakin aku telah merencanakan sesuatu.

"Yang pasti, aku hanya ingin bersamamu selamanya" jawabku sambil menghentikan gigitan kukunya. Aku raih tangan pucatnya, aku sisir rambutnya dengan jemari hitamku.

"Jangan pegang rambutku", kata dia kesal. "Rambutku masih basah, dan kamu jauh"
 
"Sejauh mana kamu dengan langit?"
 
"Lebih jauh kamu"

Jakarta, bukan kota penuh dusta. Disini banyak orang jawa, sopan dan santun dari jombang sampai yang madiun. Aku mencoba menyibukan diri. Daripada ditelan bosan dan putus asa, busway adalah jalan tunggu lobby sesaat menuju kebebasan. Bebas bagian mana? Wong tracknya sudah ditentukan, kamu tuh lucu. Diatur dibilang bebas, seperti bukan kau yang dulu.

"Tidak, coba lihat kipas itu berputar. Pikirmu kehidupan seperti kipas?" Katanya.

"Berputar, tapi tidak menyejukan"

"Tapi diatur. Dan ia diatur untuk berputar"

"Maksud kamu?"

"Taring gading itu bisa retak, mas"

Kau mau ikut aku ke pesta dansa? Tapi tidak ada orang yang berdansa disana
Hanya balroom luas bak gelora, tapi sesak. Penuh dengan kebahagiaan orang lain.
Apa itu Aroma Karsa karangan Dee Lestari? Bukan, ini aroma bambu bukan buku, aku ngapain ditengah sawah begini?

"Pak banyak ulet"
 
"Ada harta karun disini"

"Saya sudah pernah cari"
 
"Mungkin sampean kurang dalem kalo nyangkul bu"

"Mungkin malah bapak yang seharusnya gak nyangkul terlalu dalem"

Sudah terlanjur, cermin ini harta karunku bu. Sudah menunjukan siapa aku dan apa yang harus aku lakukan. Aku akan menyimpan kaca ini, jaga - jaga kalu aku sedang tidak tahu diri. Lagi.

"Mungkin"
"Apa?"
"Kau sandiwara ya?"
"Sandiwara juga butuh rasa"

Ada ruang tunggu busway, kamu ke arah mana? Aku ke cilandak, kamu katanya ke senen? Soalnya aku lagi gamau ke arah senen, semoga kamu seneng. Bukan, maksudmu busway. Adalah jalan lucu menuju kebebasan.

Itu "Bubur ayam", tapi saat kita berpisah dan semua jadi runyam. Jangan dirubah lockscreen di smartphone kamu. Biar aku keep ya sampai kita ketemu. Tapi mungkin waktu aku balik, kamu yang berubah.

"Diterangin kalo aku difitnah buat apa? dengan fitnah de, aku jadi tau mana temenku dan mana yang bukan. Mana yang percaya aku dan mana yang percaya omongan orang"

"Iya. Dengan jarak aku juga jadi tau, Mana yang beneran sayang sama aku, dan mana yang bukan"

"Mungkin itu pelampiasan"

"Mugkin aja aku capek memilih tidak peduli"

"Nangiso dulu de"

"Buat apa? Tugasku banyak. Aku gakada waktu buat sedih"

"Ada. Aku disini"

"Gamau. Rambut kamu basah, dan kamu jauh"

*****

 Cari bahagia, jangan cari aku 
 

Sebenarnya tak usah bilang bila ada yang ingin kau katakan. Aku tau. Hampir semuanya. Cuma saja hampir. Kamu yang tau detailnya.


Mungkin aku sedikit bodoh, atau aku banyak sibuk. Kau tau waktu yang aku luangkan saat bukan untukmu, itu untukmu. Hanya bukan sekarang.

"Kau dulu pernah bekerja di sini?"

"Tepat, di meja sisi kiri. Bagian belakang dekat jendela. 40 tahun"

"Itu lama. Sudah terasa seperti rumah?"

"Iya. Sudah seperti rumah"


"Itu dulu" selanya beberapa saat sebelum ia tersenyum "Kalau sekarang? Bukanya sudah banyak berubah?" Lanjutnya.

"Berubah. Tapi ini rumah"

Aku melihat sesuatu yang biru, awan.
Aku melihat sesuatu yang hijau, daun.
Aku melihat sesuatu yang jelas, kamu.
Tapi kamu nggak ngeliat aku, ada cahaya terlalu terang menghangatkan di depanmu.

"Aku dingin, malam menggandengku"

"Ada sebongkah es di lemari"

"Maksudmu?"

"Mungkin bulan terlihat indah, hanya karena ia terlihat jauh"


Jangan katakan sudah berapa lama ada kalian, bilang saja semua akan berakhir. Tapi malah kita yang berakhir. Ada teka teki yang tidak aku pahami. Namanya perasaan.

Kau mau membantuku menyelesaikanya?
Aku sibuk, hadapi saja sendiri. Kamu sibuk dan kamu keliatan bahagia. Aku enggak, aku sibuk tapi kamu kelihatan lebih bahagia.

"Susah jadi kamu"
"Kamu mau aku jadi semua orang?"
"Mencari Jadi dirimu sendiri saja susah"
"Everybody is not us, honey"


Aku kira aku sibuk. Makin kesini lama kelamaan aku kia akan kehilangan kamu. Gara - gara aku sibuk. ternyata aku tau, aku yang kehilangan aku. Kau mau menemukanku di tempat bising begini? Suaramu aja aku gak dengar. Banyak ego yang berteriak disini.

*****

Pulanglah, Tapi jangan ke rumah.
 
Banyak kata yang ingin aku ucapkan sebelum kau pergi. Tapi kau sudah terlanjur pergi. Terus apa yang harus aku sesali? Kata yang terucap, atau kepergianmu? Keduanya.

Yang 100% ada untuk kamu, bukan tentu yang terbaik buat kamu. Kau tuh manusia, gaktau mana yang terbaik buat kamu. Semua itu datang ke kehidupanmu dengan alasan kan?

"Aku siap"

"Gimana kalo mereka pergi dari kehidupanmu dengan alasan?"

"Itu alasan"

"Tapi aku pergi"

Aku punya lebih dari 250 friend list di social media aku. Tapi kamu tukang spam kaya iklan tokopedia. Jadi kamu selalu yang diatas, aku gak sempat liat chat lain. Sekarang aku install adblocker. Kamu sikat gigi sana, tulisan kamu bau.

"De. Aku boleh mampir?"

"Jangan dulu. Rumahku berantakan"

"Biar aku bantu"

"Kau nggak tau barangku harus ditempatkan dmana"


Gimana kalo aku nyanyi buat kamu, aku sudah belajar gitar. Mungkin kita bisa ngecover lagu payphone? Tapi buat apa? Suaramu jelek, kamu juga belum ngajarin aku gitar.

Hadiah dariku tolong didengarkan, ada surat di dalamnya. Mungkin sudah kamu baca. Tapi aku telat ngomongnya. Keburu kamu ulang tahun. Maaf.

"De. Wes sarapan?"
"Opone, mek tahu mbek bayem"
"Woo dadi arek gak duwe rasa syukur"
"Emang kabeh iki awakmu sing nandur?"


Kasih aku dua tulisan random. Aku akan jadikan 5 tulisan random. Aku mau kamu ada di karyaku. Tapi terselip.

Aku pengen pulang, tapi aku gapunya alasan buat pulang. Gimana kalo aku emang lagi gak pengen pulang?
Apa artinya itu aku nunggu dijemput baru aku pulang?

"Tergantung" katanya, "Tergantung sekuat apa alasan kenapa kamu pingin pulang"

"Kalau aku punya alasan tapi gak kuat. Aku tak boleh pulang?"

"Itu namanya tetap alasan. Pulanglah. Selalu ada yang merindukanmu di rumah. Meski bukan orang yang sama"

"Kamu jauh"

"Gak. Kamu congkak. Lupa sama rumah"
 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

__don't replay it please : gak ikut catering, ikut makan (di keroyok)__

____Akamichi potter and the half bolod prince_____