The Last Ramadhan Night
Sore ini, begitu bedug
dan adzan Maghrib berkumandang, ramadhan 1435 Hampir berakhr. Banyak yang
bergembira, terutama mereka yang merasa tersiksa harus menahan lapar, haus dan
hawa nafsu selama satu bulan. Mereka yang puasanya termasuk kategori awam.
Sementara, mereka yang
puasanya sudah masuk dikategorikan Khawas bil khawas.
Apasih kategori khawas
bil khawas? Jadi gini, gue sempet baca di internet. Ada 3 kategori tingkatan
puasa.
Di tingkatan peratama,
ada puasa aam. Aam itu adalah guru olahraga gue. eh bukan, maksud gue kategori
puasa aam ini adalah orang yang melakukan puasa hanya dengan menahan diri dari
makan dan minum dan segala hal yang membatalkan puasa, puasa ini biasanya
kategori puasanya orang seperti kita – kita atau yang masih pemula (Basic)
Dalam beragama
Di tingkatan kedua,
adalah puasa khawas, puasa khusu bagi mereka yang tidak menahan diri dari makan
dan minum. Tapi, lebih dari itu dia bisa menghalangi seluruh anggota tubuhnya
dari perbuatan dosa. Orang seperti ini biasanya orang yang tinggi tingkat
kesholehanya
Di tingkatan ketiga,
adalah Puasa khawas bil khawas. Ini nih, puasa yang jauh melintasi puasa dalam
dua kategori sebelumnya, karena selain menahan makan dan minum juga sekaligus
menahan nafsu yang terbenam dilubuk hati yang paling dalam untuk iri, dengki,
sombong, berburuk sangka, tidak jujur dan sebagainya.Biasanya kategori ini
adalah orang seperti para wali, nabi, dan rasulullah.
Saat detik detik
berakhirnya ramadhan ini. Orang yang puasanya dikategorikan khawas bil khawas
akan menangis.selaras dengan langit, bumi dan seisinya selain manusia terhadap
perginya bulan mulia ini.
Semua ini digambarkan
dalam hadits nabi sebagaimana diriwayatkan dari jabir R.a;
“Jika malam ramadhan
berakhir, seluruh mahluk – makhluk besar, di segenap langit, dan bumi, beserta
malaikat ikut menangis.mereka bersedih karena bencana yang menimpa umat
Muhammad S.A.W para sahabat bertanya, bencana apakah ya rasul?. “kepergian bulan
ramadhan. Segala doa terkabulkan, semua sedekah diterima, dan amalan amalan bai
dilipatgandakan pahalanya penyiksaan sementara dihapus”
Bayangin, cuman di
bulan ramadhan aja yang bisa kaya gitu. Di bulan – bulan lain belum tentu kaya
gitu. Apalagi malam lalatul qadr. Dimana allah menurunkan semua malaikat di
malam itu sampai menjelang fajar nanti. Dimana doa orang yang benar benar
beritikhaf akan didengar dan dicatat oleh malaikat.
Di sinilah kita
kemudian, seyogyanya bercermin, sudah sampai manakah tingkatan keimanan kita?
Apakah seperti para wali yang menangis ketika ramadhan usai? Atau mala merasa
bebas karena 11 bulan bisa kembali bebas? Bersenang – senang? Karena menurut
kalian penyiksaan telah berakhir?
Lo sendiri gimana de?
Gue? jujur sepertinya
gue masih di kategori pak aam guru olahraga gue, tapi tarawih terakhir hari ini
gue merasa sedih. Entahlah, setelah mendapat masukan dan ceramah dari teman
teman gue jadi sadar betapa mulianya bulan ini, dan malam lailatul qadr. Hari
ini gue juga seneng karena ayah kandung gue dateng ke surabaya. Apalagi ke
rumah gue. sore itu gue lagi tidur layaknya kepompong. Lalu tiba – tiba “DE,
Bangun. Ayahmu dateng”.
“Iya iya” Gue menjawab
sambil lalu terus tidur lagi. kebiasaan. Gak lama setelah gue ketiduran, gue
dibangunin lagi “De, ayahmu dateng itu lho di luar temenin kok.”
Di saat otak gue masih
loading dengan rambut acak – acakan. Gue beranjak dari kasur dan membuka pintu
ruang tamu. Gue lihat, seorang lelaki memakai jaket kulit dan kaos polo yang
tak asing lagi bagi gue duduk di teras depan rumah. Dengan wajah lelah dan
pucat seakan tak berarti saat gue lihat senyuman tergores di wajahnya.
“Ayah”
“Hehehe” Dia menjawab
sapaanku dengan senyuman tipis.
Layaknya ayah dan anak
gue salim, entah kenapa dia reflek meluk gue. gak sadar apa berat gue 62 Kilo. Apalagi
bulan puasa mungkin buletan diameter lemak gue bertambah.
“Kapan dateng yah?”
tanya gue.
“2 hari yang lalu
nyampe surabaya. Terus besok mau ke malang. Mas rusydi mau ikut? Ijino bunda
dulu ya tapi mungkin takut gak dibolehin”
Pesimis. Sumpah, setiap
lebaran gue selalu tanya ke bunda. “bun, boleh ke malang sama ayah?”. Jawabanya
pasti “Ya terserah, tapi papa (tiri) mu mau dateng ke surabaya seminggu, kasian
gak ada yang nemenin”. Penolakan secara tidak langsung, mestinya bilang aja “Gakusah,
udah ada papamu di surabaya”
Dan ini jadi kali
ke-empat gue mengajukan surat permohanan izin ke bunda.
“Bundamu mana? Ada di
dalem ta?”. Tanya ayah yang membuyarkan lamunan gue.
“Enggak yah, ke kantor
sama didin (Adek gue).”
Gak lama setelah gue
bilang gitu pintu pagar terbuka, terlihatlah sesosok bunda dengan batang hidung
adek gue yang penuh dengan upil.
“Assalamualaikum” salam
bunda gue
“Waalikummusalam” Jawab
gue dan ayah bareng.
Bunda nyamperin ayah
gue dan salaman di depan gue.
“Kapan dateng mas?”
“Oh udah 2 hari
kemarin, tapi ini pilek sakit jugaan. Masih belum berani puasa. Kamu jilbaban
sekarang dek?”
“Iya, ini aja juga masih
mas hehe” ibu gue beranjak masuk.
GILA
Diantara indahnya
gunung dan lautan di nusantara ini gue belum pernah melihat pemandangan seindah
ini, ya walaupun gak sampe satu jam.
Andai mereka belum
pisah, gue berharap bisa melihat hal seperti itu setiap sore. Gue harap.
Malemnya gue
mengumpulkan semua energi mistis dan memberanikan diri untuk bertanya “Bun, aku
boleh ikut ayah ke malang? Tapi aku sholat ied disurabaya. Se hari setelah
sholat ied baru berangkat, cuman nginep 3 hari 2 malam. Kaya LDKS”
“Iya boleh, hari terakhir bunda jemput kesana sekalian nyekar eyang kakung”
“Iya boleh, hari terakhir bunda jemput kesana sekalian nyekar eyang kakung”
Well, disinilah gue
sekarang. Bengong nagrek di depan tulisan gue sendiri masih bayangin mimpi apa
gue semalem dibolehin ikut ayah ke malang.
Selamat menempuh hidup baru de...
BalasHapus