From Orpadnas With Love
Namaku
dede, seorang pelajar Surabaya sederhana yang tampan dan damai. Aku asli
kelahiran surabaya mulai mrocol dari emak sampai gede jadi seorang pemuda
tampan yang mana tuhan belum menghendaki. Aku memiliki keluarga besar yang
hampir setiap lebaran datang kumpul jadi satu dan merayakanya bersama. Aku tinggal
bersama keluarga kecilku yang sederhana, hanya ayah, nenek dari ibuku, ibu ,
aku dan adik. Aku tinggal di jalan perumahan bogen indah. Dengan rumah
sederhana yang kusebut istana ini, aku berlindung dari dinginya hujan, sengatan
matahari, sekaligus tempatku menimba ilmu selain di sekolah. Ayah adalah hal
terbesar yang menjadi inspirasiku, dia bekerja sebagai penulis naskah drama
komedi di sebuah televisi swasta di jakarta, itulah sebabnya ayah seperti bang
toyib. Jarang pulang. Ibu adalah orang yang paling mengerti tentang keadaan dan
emosionalku di rumah, mungkin inilah kenapa aku lebih sayang ibu daripada ayah.
Walau terkadang kalau aku pulang telat, larut malam, belum ijin keluar kemana. Pasti
bakalnya di omelin bisa sampai 3 jam. Ini mungkin kalau aku naik bis sambil di
omelin Surabaya – Sidoarjo PP gak bakal selesai. Disisi lain ibuku memang
jahat, tapi bagiku itu mendisiplinkanku tentang pentingnya waktu, kecemasan
orang tua kalau keluar gak pamitan, dan surabaya – sidoarjo PP hampir 3 jam
perjalanan.Nenek dari ibu adalah juru masak dan teman curhat yang asik. Masakan
favoritku adalah kare dengan ekstra ayam yang disebut kare ayam (emang). Adik,
Hmmm. Dia bersifat heterogen disini. Mungkin sebagian orang yang punya adik,
anggapan seorang adik hanya memunyai sifat homogen. Yaitu usil, jengkelin, dan
ganggu. Bagiku adik berperan sebagai malaikatku. Dari kecil aku takut sama yang
namanya gelap, di saat gelap itulah adiku selalu menemaniku. Gak tau kenapa
adiku sama sekali enggak takut sama yang namanya gelap. Mungkin karena mukanya
yang terlalu gelap. Dia adalah malaikat tak sayapku. Kurang legkap ya kalau
tanpa sayap, ibarat pesawat lion air tanpa pramugari cantik. Itu sifat yang
pertama, sifat keduanya adalah raja iblis keenam dari neraka. Asli lho “Fresh from the oven”. Kenapa di sebut
raja iblis? Well, Sifat isengnya itu sudah kelewat tuyul yang dipelihara sama
tukang bubur naik haji.
Pernah
suatu ketika adik ku secara sengaja nyepetin jarum jam yang ada di rumah. Iseng
banget. Filosfinya dimana sih?
Beralih
ke keseharianku, Disini profesiku adalah seorang pelajar yang mencari ilmu dan
arti kehidupan di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 3. Disini aku masuk ke
sebuah organisasi kesiswaan yang biasanya di sebut OSIS. Tapi di sekolahku
namanya “Ikatan Pelajar Muhammadiyah” yang di singkat IPM. Aku gak begitu
mengerti tentang arti kata “Ikatan Pelajar Muhammadiyah”. Mungkin seperti
sekumpulan siswa muhammadiyah yang di kumpulin ditengah lapangan lalu diikat
dengan tali tampar di deket kolam lele.
Jabatanku
di organisasi ini adalah ketua umum. Mungkin beberapa orang berpikir bawa ketua
memiliki sifat pemimpin terhormat yang patut dihargai dan menjadi contoh. Tapi
bagiku, menjadi diri sendiri adalah hal terpenting selain jadi pemimpin. Ketua
OSIS di SMA lain mungkin tegas, disiplin, gak banyak omong, interaksinya sama
orang penting aja. Bagiku, ngomongin hal gak penting dengan orang yang gak
begitu berkepentingan adalah caraku mendapatkan teman. Jika aku punya teman,
organisasiku bisa jalan. Percuma punya organisasi tapi tidak ada teman. Ini
semacam Illuminati, aku punya gerakan
“underground”. Gerakan terselubung
dalam tanah yang bisa menyatukan anak biasa dengan ketua organisasi di sekolah. Gerakan IPM syndicate. Keren, sekaligus gak penting.
Di suatu siang yang indah dimana
waktunya pelajaran fisika aku dipanggil oleh wakil kepala kesiswaanku. Namanya
pak hartoyo, kesiswaan sekaligus guru pengajar al – islam. Keren, sekaligus
penting.
“Dede,
Sini” Pak har memanggil dengan nada lembut.
“Iya
pak ada apa?” jawabku polos.
“Ini
ada surat undangan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Surabaya akan mengadakan
ORPADNAS 2014 Tahap 1. Kamu sebagai ketua mohon datang, sekaligus kamu ajak 1
temanmu cowok. Karena acaranya menginap 3 hari 2 malam. Jadi ajak cowok, nanti
cewek takut ada apa – apa soalnya.” Jelasnya.
“Oh,
iya pak siap.” Jawabku tegas.
Dalam
hati aku berteriak “MAMPUS, Ketinggalan materi fisika 1 bab. Tuhan ambil aku”.
Apa
itu ORPADNAS? Well, ini adalah singkatan dari Orientasi Kewaspadaan Nasional. Sebenernya
aku bingun kenapa namanya se-serem ini. “Kewaspadaan”. Emang waspada apa? Guung
welirang uda tingkat level waspada mau meletus?. Eh, enggak, Disini kita akan
mendapatkan tentang krisisnya moral anak muda jaman sekarang yang terlibat
narkobe, free sex, dan kegiatan absurd lainya. Sekaligus disini kita diajarkan
tentang kepemimpinan.
Well,
pencarian pun dimulai anak yang akan ku ajak di kegiatan ORPADNAS ini adalah
Rizki. Adik kelas unyu, polos, gampang di atur, dan paling ganteng diantara
beberapa cowok jelek di sekolahan. Gampang di atur adalah sifat yang paling aku
cari. Kalau di suruh duduk, dia duduk. Di suruh baris, dia baris. Di suruh matiin lampu, di rusak saklar
rumahnya. Kelewat nurut.
Beberapa
hari kemudian, formulir biodata siswa sudah ku kumpulkan ke DISPORA (Dinas
Pemuda Dan Olahraga). Jadi sekarang tinggal tunggu panggilan Dari yang kuasa
dari DISPORA surabaya.
Aku
berangkat hari Jum’at. Hari itu aku dan rizki berkumpul di kantor dinas jam 8
pagi. Terlihat banyak siswa SMA dari sekolah lain yang ikut partisipasi di
ORPADNAS. Mereka sama dengan aku dan rizki. Menunggu namanya dipanggil untuk
masuk ke bis yang siap berangkat ke tempat ORPADNAS.
Setelah
menunggu selama 2 setengah jam sampai ambeien saking lamanya duduk di kursi,
kita di panggil untuk masuk ke bis. Aku ada di bis nomer 1, yang berangkat paling
terakhir.
Sesampainya
di hotel residence surabaya semua peserta ORPADNAS di perintahkan menaruh tas
di aula. Setelah itu kita di suruh absen dan baris di depan parkiran. Lalu bagian
favorit ku, kita disuruh ambil makan siang. Makanya gak tanggung – tanggung,
kita gak bawa sendiri. Kita gak di kasih kotakan. Tapi modelnya “Prasmanan”.
Spesial banget, kayanya aku bisa perbaikan gizi di tempat ini dibanding di
rumah.
Hari
pertama dimulai dengan materi narkoba dan HIV. Setelah itu di bagikan kunci
kamar dan semua peserta di perintahkan untuk segera istirahat dan ganti baju
sebelum mengikuti acara selanjutnya. Acar selanjutnya di malam hari adalah
pembagian kelompok / tim. Di ORPADNAS ada sekitar 80 peserta. Dan peserta
dibagi menjadi 5 kelompok. Aku mendapat kelompok nomer 3 berjumlah 16.
Beranggotakan “Clea, Damai, Deva, Aku, Dirga, Dwi, Fahrul, Gusti, Kristi, Rizki
1 (cewek), Rizki 2 (cowok), Rizki 3 (Rizki yang satu sekolah), Vio, dan Willy”.
Hari
demi hari dan kegiatan demi kegiatan berjalan sebagaimana mestinya, materi
tentang organisasi, pemuda dan kepemimpinan yang diberikan disampaikan sangat
menarik.
3
Hari adalah waktu yang singkat buatku untuk berpisah dengan kelompoku kembali
ke sekolah kita masing – masing. Aku masih rindu dengan yang namanya api
unggun, di sisi lain aku rindu dengan senyuman deva. Iya, Sepertinya aku jatuh
cinta dengan dia. Sejak hari kedua saat pelaksanakan outbond, aku terkesan
dengan jalan pemikiran dan sifatnya yang ramah. Tapi, apakah dia merasakan hal
yang sama? Kalau dia gak suka balik gimana? Apa akan selamanya cinta itu salah?.
Di kode tapi
Sang
kekasih tak juga sadar.
Sang
kekasih tak kunjung datang.
Sang
kekasih tak datang juga.
Sang
kekasih datang terlambat.
Sang
kekasih di tikung sama Supra 125.
Ah
lupakan, aku sempat merasa lega saat deva tanpa sengaja mengatakan “Aku jomblo
kronis”. Dan kujawab “Ibaratnya kanker udah stadium akhir dev, gak bisa di
sembuhin”. Dia tertawa kecil.
Di
dalam hati aku berkata “aku disini buat jadi penyembuh kok dev”. Namun sang
kekasih tak juga peka. Entahlah, aku tak pernah jatuh cinta semudah ini. Apakah
kita juga bisa pisah semudah aku jatuh cinta?
Enggak,
selepas ORPADNAS kita jadi suka BBMan bareng (Wooos), SMS sih jarang, provider
kita berbeda jadi menghambat jalanya komunikasi. Bisa di ibaratkan kedua orang
yang ingin saling bersatu tapi terhambat karena berbeda kepercayaan, kalau di
teruskan satu sama lain akan berbeda pula jalan dan aturan hidupnya. Itu gak
enak.
Selidik
punya selidik ternyata deva adalah anak SMA 1 yang dimana murid di sekolahku
sering bentrok setiap ada event pertandingan persahabatan dengan SMAnya deva.
Aku mulai jadi gak percaaya diri buat deketin dia. Kalau deketin dia aku bakal
dijauhi sama temen – temen dan sahabatku. Milih sahabat, atau milih perasaan.
Hal ini aku pikir mulai dari pagi sampe malem. Milih sahabat yang banyak dan
setia atau milih perasaan yang belum tentu setia namun memberikan kadar
kebahagiaan yang lebih dari sekedar sahabat. Milih tidur, besok sekolah jam
pertama kimia.
2
bulan kemudian, aku memutuskan untuk nembak deva (bukan pake senapan api).
Nembaknya pake perasaan. Lalu kita memilih untuk merahasiakan hubungan ini,
daripada di jauhi sahabat dan mendam rasa yang menyiksa ini. Kita memilih untuk
Multi tasking. Melaksanakan dua
kegiatan sekaligus dengan waktu yang bersamaan. Tapi rahasia kita gak bertahan
lama. Setahun kemudian hubunganku dengan deva ketauan sahabatku. Semenjak hari
itu aku di jauhi sahabatku. Setidiknya aku sudah lepas jabatan dari ketua IPM. Jadi
menurutku gak masalah.Sebaliknya, Sahabat deva sangat terbuka open, dan welcome ke aku kaya mbak –
mbak yang ada di indomaret. Terlihat bersahabat sekali jadi setidaknya aku bisa
nyaman sesaat walaupun tanpa sahabatku.
Hubungan
kita berlanjut ke tahap yang lebih ekstrim. Kita anniversary 3 tahun dan ini
adalah pacaranku yang paling lama.
Tepat
di malam minggu yang ke 180, aku memutuskan utnuk mengajak deva ke warung
giras restoran dekat rumah dia. Malam minggu itu tergolong malam minggu
yang menyenangkan karena gak macet, bulan purnama indah diluar, dan sedikit
gerimis rintik dari luar jendela yang kita lihat bareng dari dalam restoran. Di
temani 2 gelas susu coklat hangat dengan 1 porsi nasi daging sapi lada hitam
favoritku dengan soup cream kesukaan dia. Suasana cukup tenang, kita memlai
pembicaraan seperti biasa. Tapi disini ada yang spesial. Dia tiba tiba berkata.
“De,
kira – kira ada gak kata dari orang tuamu, yang menginspirasi dan jadi pedoman
hidup kamu?”. Tanya dia penasaran.
“Ada
kok, aku ambil kata dari papa aku ‘tertawakanlah dunia, dan jangan mau di
tertawakan oleh dunia’. Cukup keras sih, tapi aku suka...” aku jawab tegas,
“Kalau
kamu? Ada gak kata – kata orang yang jadi pedoman hidup kamu?” Lanjutku.
“Ada
sih dari ayahku. Gini de, kita kan saling jatuh cinta lewat perasaan dan lewat
hati, kita melaksanakan tugas juka pakai hati, tapi ada satu hal yang gak boleh
di lakukan pakai hati...”
“apa
itu dev? Masa ada hal yang dilakukan gak pake hati? Kejam banget” Tanyaku
penasaran.
“Kita
gak boleh benci dan dendam sama orang pake hati”. Jelas dia.
Aku
cukup kagum dengan ungkapan dua, sebenarnya ungkapan ayahnya sih, jadi kagumnya
di bagi ½ dari kagumku ke dia.
“Dev,
kita kan udah anniv yang ke 3 tahun. Aku pengen ngasih kamu satu tantantangan
dev”.
“Boleh
boleh, apaan?”. Tanya dia sambil megang sedotan yang ada di gelas.
“Kamu
berani gak, gak komunikasi sama aku seharian penuh 24 jam mulai besok pagi
sampai malemnya jam 12 tepat?”
“Oke
oke, Siapa takut” Jawab dia dengan nada nantang.
Oke,
Deva yang biasanya dapet BBM ucapan “Good morning, sayang.” Sekarang tampak HPnya
tak berdering sama sekali. Di sekolah juga yang biasanya BBMan “lagi pelajaran
apa kamu?’ hari ini juga udah gak ada yang berdering. Biasanya waktu istirahat
telponan “Sudah istirahat ta? Makan dulu sana nanti kamu sakit lho”. Gak ada,
gak ada sedikitpun dering dari Hpnya deva, sekalinya dering itu SMS dari
Provider kartu yang lagi ngadain promo diskon paket internetan.
Setelah
pulang sekolah deva tersenyum bahagia karena bisa melaksanakan tantangan dari
dede. Tanpa sepengetahuan deva kalau Dede mengidap penyakit kanker paru – paru dan
umurnya tinggal 24 jam lagi. Deva biasa pulan jam 7 malam. Di saat itu dia di
kasih surat dari ibunya. Kata ibunya sih, surat dari dede. Lalu surat itu
perlahan dibuka oleh deva. Surat itu berisi.
“Untuk
Deva bintangku. Selamat ya kamu sudah berhasil melaksanakan tantangan ini. Aku salut
deh sama kamu, aku makin bangga dan makin sayang sama kamu. Mungkin saat kamu
baca surat ini aku sudah tergeletak lemas di rumah sakit. Aku sudah di vonis
dokter terkena penyakit paru – paru stadium akhir dan umurku tinggal 1 tahun
lagi, dan ini umurku yang terakhir dev. Maaf ya sebelumnya aku gak pernah
bilang hal ini ke kamu. Aku gamau kamu khawatir tentang penyakitku ini, aku
hanya ingin menjalani hidup normal sama kamu kaya anak – anak lain. aku ingin
melupakan penyakitku sejenak. Yang aku harapkan dari tantangan ini, kamu kan
sudah bisa menjalani seharian hidupmu tanpa aku. Aku harap, kamu akan bisa
hidup tanpa aku buat seterusnya. Maafin aku dev. Happy 3th Anniversary. Selamat
tanggal 4 yang ke 180.”
Air
mata deva jatuh ke lantai, tangan deva gemetar memegang surat dari dede yang
sebentar lagi akan tiada untuk selamanya. Mungkin deva sudah kehabisan waktu
untuk menjenguk dede. Deva bersih keras dengan pakaian piama yang tertutup
jaket. Deva ke resepsionis dan menanyakan dimana kamar dede di rawat. Deva
dengan langkah cepat menjalani koridor rumah sakit. Terlihat dede sedang
berbaring dengan pucat dan lemas. Deva menghampirinya.
“De,
kenapa kamu gak pernah ngomong soal ini?”. Tanya deva sambil menangis
“Aku
gamau ngerepotin kamu dev, maafin aku. Aku Cuma sekali ini kok bohong sama kamu”
“Aku
gak suka bohongmu yang ini de...” Suara deva di tinggikan. “Aku benci sama kamu”
Lanjutnya tegas.
“maafin
aku dev, aku gatau harus...”
“Aku
pokoknya benci banget sama kamu de. Aku gak akan maafin kamu” Bentak deva.
“Dev,
Ada satu hal yang gakk boleh kamu lakuin pake hati inget kan...” jawab dede
lembut. “Dan mulai sekarang, kamu harus tertawakan duniamu. Dan jangan mau
ditertawakan duniamu. Maaf dev, aku udah gak kuat. Aku harus ninggalin kamu
sekarang”. Mata dede pun perlahan terpejam, Deva yang tidak tahu harus berbuat
apa hanya bisa memanggil “dokter, dokter. Selamatkan dede dok”
Deva
di tarik keluar paksa oleh suster dari kamar dede dirawat. Dari luar kamar deva
melihat dokter mengelilingi dede yang sedang terbaring lemas. Dan akhirnya,
dede tidak terselamatkan.
Esok
paginya dede di kebumikan di kampung halamanya. Terlihat sahabat yang dulu
meninggalkan dede sedang menangis di teras rumah dede. Rekan – rekan sekolahnya,
gurunya. Semua datang. Tak terlupa deva, dan beberapa sahabatnya. Semenjak hari
itu Sahabatku dan sahabat deva menangis bersama. Dan semenjak hari itu SMA kita
sudah tidak bentrok lagi. Ini semua karena dede sudah tidak ada. Sial banget.
2 Tahun telah berlalu sepertinya
deva sudah mulai terbiasa hidup tanpa dede. Sial lagi kan. Komitmen dan pedoman
yang dipegang deva saat ini adalah “Aku harus tertawain duniaku dan dunia gak
boleh mentertawakan aku”. “Ada satu hal yang gak boleh aku lakuin pake hati,
aku gak boleh benci orang pake hati”. Dan yang terakhir “Dede gak ninggalin
aku, Dede Cuma terlepas dari aku. Dan kita masih bisa belajar untuk kembali
lagi.”
Komentar
Posting Komentar